Kecemasan akan perlambatan ekonomi global membuat perusahaan startup mulai bersih-bersih karyawan, setelah GOTO melakukan PHK, kini giliran startup edukasi RuangGuru memutuskan hubungan kerja dengan ratusan karyawannya.
Menurut Corporate Communications RuangGuru Gwendolyn Betsy, hal ini dikarenakan situasi pasar global yang semakin memburuk, kenaikan inflasi dan penyesuaian perusahaan agar tetap dapat bersaing di layanan edukasi online.
Para pegawai yang mendapatkan PHK tetap diberi pesangon, uang penghargaan masa kerja dan penggantian hak sisa cuti sesuai aturan yang berlaku, meskipun demikian, kenyataan pahit ini tetap memberikan dampak yang signifikan bagi para pekerjanya.
GOTO Rumahkan 1300 Karyawan
Sebelumnya, startup gabungan Gojek Tokopedia (GOTO) juga melakukan PHK massal terhadap 1300 karyawannya. Ini menambah panjang daftar startup yang bersih-bersih pegawai karena mengaku melakukan penyesuaian bisnis guna menghadapi perlambatan ekonomi.
Pakar bisnis Rhenald Khasali menyebutkan, PHK seperti ini bukan terjadi karena resesi ekonomi melainkan trust recession, hal ini ditandai dengan ketakutan para pemilik dan pemegang modal startup yang menyebarkan ketakutan seolah resesi sudah di depan mata.
PHK Karena Trust Recession
Menurut Rhenald Khasali, trust recession sendiri terjadi karena rasa cemas dan takut berlebihan sehingga menimbulkan negativity bias, dalam dunia startup sayangnya hal ini membuat kepanikan para pemegang keputusan untuk melakukan deep cut terhadap usahanya, mulai dari pemotongan anggaran, penghentian investasi, menutup usaha dan tentunya melakukan pemutusan hubungan kerja.
GOTO dan RuangGuru menambah panjang daftar startup yang melakukan PHK startup massal di Indonesia, setelah Shopee, Zenius, LinkAja, TaniHub dan berbagai startup lainnya. Hal ini mengindikasikan, bubble value yang berlebihan dan tradisi bakar uang tidak sehat sudah mulai menuai dampaknya.
Pertanyaannya untuk rekan pegawai, apa parameter yang bisa kita jadikan pegangan dalam bekerja, jika bekerja dengan baik dan benar saja tidak cukup untuk mempertahankan posisi kita di era disrupsi semacam ini?